Sejak tahun 2022, Gontor berkolaborasi dengan ESQ, khususnya di bagian media cetak (Majalah Gontor). Beberapa tulisan terkait perjalanan Founder ESQ Group Ary Ginanjar Agustian dan asal mula pembangunan Menara 165 sudah dipublikasikan di Majalah Gontor tersebut.
Untuk mempererat tali silaturahmi antara kedua belah pihak, pada tanggal 6 Januari 2022, para Pimpinan Majalah Gontor berkunjung ke Menara 165. Mereka disambut hangat oleh Ary Ginanjar di ruangannya, lantai 24.
Pimpinan Gontor yang hadir di antaranya Muh. Emnis Anwar (Pemimpin Umum Majalah Gontor), M. Akrimul Hakim (Pemimpin Perusahaan Majalah Gontor), Rusdiono Mukri (Wakil Pemimpin Redaksi MG), Fauzi Iriyanto (Manajer Marketing MG), Kiki Chendiliana (Kabid Humpro MG), Ari Oktarinha (Tim Humpro MG), Ari Falwan (Tim Humpro MG), Linda Hartini (Sekretaris Perusahaan MG), Erdi Nasrul (Redaktur MG).
Sedangkan, motivator Indonesia, Ary Ginanjar pun didampingi oleh M. Zain Firdaus (Direktur Training ESQ), Abdul Haris Muchtar (Kaprodi Bisnis Manajemen & Kepala Pengembangan Karakter), Ahmad Maulidizen (Wakil Ketua 1 Bidang Akademik), Hesti Herminiarti (Wakil Direktur Sales Corporate ESQ), Desy Yuliana (Direktur Sales & Marketing ESQ Business School).
Sebagai informasi, beberapa orang dari mereka yang mengabdi di ESQ Group tersebut merupakan Alumni Gontor juga. Abdul Haris Muchtar (Alumni 1997), Risman Nugraha selaku trainer ESQ (Alumni 1997), Zain Firdaus (Alumni 2000), Hesti (Alumni 2005), Ahmad Maulidizen (Alumni 2008), Andi Fajar trainer ESQ di Malaysia (Alumni 1997), dan lainnya.
“Pertama, saya ucapkan terimakasih kepada Gontor yang telah ‘melahirkan’ Zain, Haris, Zen, Hesti dan lainnya. Mereka adalah orang kesayangan saya semua. Mereka tidak pernah menyusahkan saya, tidak pernah ngerepotin saya. Saya percaya Gontor bisa melahirkan Alumni yang terbaik lainnya,” ungkap Ary Ginanjar.
Tak lupa, Ary juga mengucapkan terimakasih kepada Pimpinan Majalah Gontor yang berkenan hadir di Menara 165, yang dipuncaknya terdapat Masjid tertinggi kedua di dunia (karena nomor 1 nya masih belum diketahui keberadaannya).
“Jika Taj Mahal dibangun karena kecintaan Kaisar Mughal Shah Jahan kepada istrinya yaitu Mumtaz Mahal. Sedangkan saya membangun Menara 165 ini sebagai wujud cinta kasih saya kepada Allah SWT.”
Ary Ginanjar bercerita tentang pembangunan Menara 165 serta perjalanan kehidupannya dari dulu hingga sekarang. Para petinggi Majalah Gontor pun turut menyimak apa yang disampaikan oleh Ary.
Di tengah perbincangan tersebut, Ary yang merasa bangga dengan lulusan Gontor lalu mengabdi di ESQ Group itu, menyatakan dengan penuh keyakinan bahwa dirinya siap untuk memberikan training kepada insan di Gontor.
“Silakan nanti dibicarakan saja, boleh nanti adakan MoU juga jika sudah sepakat. Dan yang ngajar nanti adalah anak Gontor sendiri namun dengan Metode dari ESQ, yang bahasanya bisa disesuaikan dengan kaum milenial atau zelenial. Namun sumbernya tetap dari Al Quran.”
Ary juga turut mendukung untuk menyebarkan ilmu Gontor lebih luas lagi. Ary sangat merekomendasikan Gontor.
“Sehingga apabila nanti lahir kembali lulusan Gontor lainnya, mereka bisa berkuliah di ESQ Business School. Kita selaraskan antara ilmu di Gontor dengan ESQ. Kemudian, harapannya mereka bisa mengkombinasikan 3 kecerdasan yaitu intelektual, emosional, dan spiritual.”
Lebih lanjut, “Untuk menyebarkan Gontor lebih luas lagi, saya usul segera Bangun Gontor Tower. Bagaimana modalnya? Dengan Bismillahirohmanirrahim terlebih dahulu.”
Terlihat suasana perbincangan yang penuh kehangatan, kedamaian, kenyamanan di antara kedua belah pihak di senja sore hari itu Sembari menikmati hidangan yang tersedia. Sehingga bisa berdampak positif (mendapat respon baik) dari salah satu Pimpinan Gontor kepada ESQ.
“Di Jumat berkah ini, telah terjalin silaturahmi awal antara majalah gontor dengan ESQ. Kami berharap, semoga dari pertemuan awal ini bisa berlanjut dengan sinergi dan kerjasama lainnya,” ungkap Rusdiono.
Masih menikmati hidangan dengan santai sembari mengobrol dan candaan sesekali, beberapa Alumni Gontor yang tengah mengabdi di ESQ tersebut saling mengungkapkan isi hatinya.
“Yang saya rasakan antara ESQ dengan Gontor itu adalah mempunyai spirit yang sama. Ketika di Gontor mengajarkan bahwa kita semua berada di golongan yang sama (tidak membeda bedakan antara yang satu dengan yang lain) sama dengan di ESQ yang bersifat seperti oksigen (netral, tidak berbau, tidak berwarna). Seperti yang dikatakan Pak Ary, bahwa ESQ sebagai perekat umat,” papar Zain.
Maka Zain berharap, kelak, para lulusan Gontor bisa meneruskan pendidikannya di Kampus ESQ Business School, karena memiliki spirit yang sama sehingga Generasi Emas itu bisa diraih.
Sedangkan Maulidizen juga mengatakan, “Ada suatu kebahagiaan sore ini. Karena saya seperti bertemu keluarga lama, bertemu guru guru saya saat di Gontor. Terlebih lagi hadir gurunda saya juga Pak Ary Ginanjar.”
“Izin bercerita sedikit Pak Ary dan rekan rekan Gontor semuanya. Awalnya saya mengajar di 3 kampus, salah satunya di ESQ Business School. Dari ketiga tempat ini, hati saya lebih nyaman di ESQ Business School. Ada 1 kedamaian ketika di sini, saat melihat para mahasiswanya shalat berjamaah dan selalu tepat waktu, akhlaknya terjaga. Sehingga ada kegembiraan dalam hati saya.”
Pria yang akrab disapa Zen itu melanjutkan, “Sehingga tahun 2020, saya memutuskan untuk fokus mengajar di ESQ Business School saja.”
“Mengapa? Karena ada persamaan antara Gontor dengan ESQ salah satunya ketika bekerja di sini, kami tidak melihat gaji. Mengingat yang telah diajarkan oleh guru guru di Gontor juga, agar kami selalu menerapkan nilai keikhlasan. Maka kami mengabdi dengan tulus sepenuh hati. Kami tidak melihat apa yang kami dapatkan tetapi kami berfikir apa yang bisa kami berikan untuk negeri.”
Untuk itulah, Haris yang juga lulusan Gontor tersebut berharap, “Semoga sinergi dan kolaborasi ini terus terjalin, untuk kemajuan Ummat serta membangun bersama generasi bangsa untuk peradaban Indonesia emas yang berakhlak mulia.”