Minggu 28 Agustus 2022, Ruang Gibraltar Menara 165 dipenuhi oleh puluhan Mahasiswa Baru ESQ Business School (Program Second Generation) beserta para orangtuanya dari berbagai wilayah (dalam dan luar Pulau Jawa). Dalam kesempatan itu mereka mendapat undangan Gala Dinner dari Sang Founder ESQ Business School, Ary Ginanjar Agustian.
Second Generation Program, yaitu sebuah program Pendidikan khusus yang di desain langsung oleh Pendiri Gedung 27 lantai itu untuk membentuk Next Generation yang kompeten dan berkarakter, sehingga mereka mampu mentransformasikan “Existing Family Business” menjadi “Next Level Family Business” yang eksponensial.
Mengingat adanya hasil riset dari Osunde, 2017 yang mengatakan bahwa secara ekonomi, produk domestik bruto global seluruh bisnis keluarga mempengaruhi lebih dari 70%.
“Salah satu tujuan kita berkumpul di sini yaitu sebagai ajang silaturahmi sekaligus berbicara soal bisnis keluarga. Ada riset bahwa bisnis keluarga adalah bentuk bisnis yang paling banyak ditemukan di dunia. Namun menurut Stamm dan Lubinski tahun 2011, prosentase bisnis keluarga yang bisa bertahan sampai generasi kedua hanya mencapai 30% saja,” ungkap Ary.
Menurutnya, dewasa ini kita bisa melihat bahwa tidak banyak bisnis keluarga yang dilanjutkan oleh generasi penerusnya. Pasalnya adalah para generasi penerus tersebut sangat tergantung dengan keunikan para pendahulu dan acapkali ditemukan perbedaan passion antara generasi penerus dengan generasi pendiri.
“Jadi harapannya kepada para orangtua yang memiliki bisnis jangan sampai terputus. Namun bisa diteruskan lagi bisnisnya kepada generasi penerus. Salah satunya kepada anak-anak yang hadir di sini. Meskipun mengelola bisnis keluarga bukan perkara yang mudah. Banyak kasus bisnis keluarga yang mengalami kemunduran setelah dikelola oleh generasi penerusnya. Tapi jangan khawatir, ESQ Second Generation punya beberapa metode, salah satunya dengan ilmu Coaching. Sehingga akan melahirkan spesies yang baru,” tuturnya.
Ilmu Coaching adalah sebuah metode dengan teknik bertanya dan mendengarkan seseorang untuk menumbukan atau mengembangkan potensi yang bersangkutan.
“Saya harap anak anak bapak dan ibu semuanya bisa jadi CEO penerus bisnis yang jago dalam membangun culture bisnis serta culture keluarga. Namun antara orangtua dan anak harus alignment dulu. Di ESQ Business School inilah akan diberikan caranya. Seperti halnya saya, di satu sisi harus memanage 15 perusahaan (culture bisnis). Di sisi lain, saya harus memanage anak, istri, cucu dan keluarga saya,” papar sang pemilik 15 perusahaan itu.
“Saat saya berbisnis, ilmunya saya turunkan kepada anak anak saya. Sehingga mereka jadi pembisnis yang tak hanya memiliki kecerdasan intelektual namun diimbangi dengan kecerdasan emosional dan spiritual. Sehingga anak saya pernah berkata bahwa mereka bercita cita ingin mengalahkan gedung bapaknya,” lanjutnya sambil tertawa tipis.
Ary berharap bahwa Indonesia itu sejajar dengan Korea. Itulah salah satu spiritnya untuk membangun Menara 165 ini, “Ini akan menjadi peninggalan saya nanti. Dan kampus inilah yang akan meneruskan perjuangan menuju Indonesia emas 2045.”
Moment yang digelar pada malam hari itu mengusung tema Parents as a Role Model. Di dalamnya turut menghadirkan Asri Pertiwi (CEO ESQ Business School), Dwitya Agustina (President of ESQ Business School), para Alumni ESQ Business School, para Alumni Program Second Generation, dan lainnya.
“Ada 3 kata kunci pertama dalam visi ESQ Business School yakni perguruan tinggi yang berbasis karakter, menjadi pusat keunggulan, untuk mewujudkan generasi emas. Bagaimana kita bisa menjadi pusat keunggulan? Tentu dari SDM nya. Seperti apa SDM yang unggul itu? SDM yang tidak hanya mempunyai kecerdasan intelektual. Tetapi membangun karakternya (kecerdasan emosional) serta fondasinya yaitu kecerdasan spiritual,” papar Asri.
ESQ Business School dirancang untuk mendidik mahasiswanya memiliki kecerdasan spiritual yang baik, kreativitas yang tinggi serta intelektual yang unggul. Dengan metode ini, mahasiswa diberikan stimulus agar termotivasi dari dalam untuk meningkatkan kemampuan belajarnya. Inilah yang menjadi salah satu keunggulan ESQ Business School.
“Sekarang kita punya program untuk generasi penerus bisnis keluarga atau second generation dari bisnisnya para orangtua yang akan diteruskan kepada anaknya. Tentu orangtua mempunyai efek atau peran yang sangat penting akan hal ini. Kami semua di sini mewadahi bapak ibu untuk bersilaturahmi, berkenalan mengenai bisnis di dalam keluarga,” sambungnya.
Wanita lulusan S3 itu melanjutkan, “Saya jadi teringat kata atau quotes dari Pak Ary yang mengatakan bahwa Behind the success of every fam business, There is a family.”
Kemudian, President of ESQ Business School juga menyampaikan apa yang dikatakan Gurundanya bahwa untuk membesarkan seorang mahasiswa second generation itu tak cukup hanya dari dosen yang ada di kampus, namun semua orang yang ikut berinteraksi dengan mereka termasuk ayah dan ibunya.
“Untuk itu, di sini kita sharing bagaimana bapak dan ibu bisa mensupport anak anak kita semua agar mereka sukses menjalankan perannya sebagai generasi penerus,” tuturnya.
Wanita yang juga berprofesi sebagai dosen (modul ajar family business on the moon) itu telah meriset bahwa ada beberapa challenge yang sering dihadapi oleh orangtua dan anaknya dalam bisnis keluarga. Ia juga memaparkan solusi terbaiknya.
Wanita yang juga berprofesi sebagai dosen (modul ajar family business on the moon) itu telah meriset bahwa ada beberapa challenge yang sering dihadapi oleh orangtua dan anaknya dalam bisnis keluarga. Ia juga memaparkan solusi terbaiknya.
“Saya dan tim sudah meriset bahwa ada banyak challenge yang dihadapi dalam bisnis keluarga. Untuk itu saya akan coba paparkan solusinya. Dimulai dari menjalin komunikasi dan berbagi pengalaman dengan penerus bisnis. Bisa dengan adanya family meeting,” ucap wanita yang akrab disapa Uwie itu.
“Setelah itu pemilik bisnis menjelaskan sistem dan kebijakan organisasi yang jelas kepada penerusnya. Diharapkan prosesnya dipersiapkan sejak dini dan terencana. Lalu memformalkan financial capital dan investment dalam family agreement, menyusun family code of conduct dan lainnya,” lanjutnya.
Acara semakin seru dan meriah ketika Rahmi Amalia (Alumni ESQBS) Perform dengan suaranya yang merdu. Sehingga mendapat respon yang positif dan tepuk tangan yang gemuruh.
Di penghujung moment, kini saatnya untuk saling sharing terkait pengalaman sebagai Alumni maupun Mahasiswa Second Generation. Salah satunya wanita yang bernama Jihan Salsabila.
“Menurut saya ini ilmu yang tidak akan saya dapatkan dimana pun kecuali di ESQ Business School. Yang saya rasakan di sini adalah kekeluargaannya. Baik dengan kakak, adik tingkat, dosen itu semuanya seperti keluarga. Di sini saya juga mendapatkan 3 kecerdasan yaitu secara intelektual, emosional, spiritual,” kata wanita sang penerus bisnis Pempek O² Palembang.
Orangtuanya Jihan pun mengakui adanya perubahan perubahan positif dalam diri anaknya setelah berkuliah di Kampus ESQ Business School.
“Rasanya saya sendiri juga tidak percaya anak saya bisa seperti ini. Alhamdulillah terimakasih ESQ. Terimakasih Pak Ary. Sebelumnya anak saya ini pemalu, sulit berkomunikasi dengan yang lain, pendiem. Tapi setelah berkuliah hingga lulus dari ESQ Business School ini, Jihan jadi lebih interaktif, bergaul dengan orang banyak. Alhamdulillah,” ungkap sang Ibunda.